Mungkin kamu sudah dengar cerita viral tentang perselingkuhan selebritis sebuah acara musik atau cerita uneg-uneg seorang perempuan pada selingkuhan pasangannya yang sudah dibaca satu juta kali! Wow. Apakah kesetiaan itu sangat susah ditemui zaman sekarang? Banyak lho orang mengira bahwa kesetiaan itu ibarat naluri yang muncul sendiri dan enggak perlu dipelajari. Kalau kamu sih pasti bukan termasuk mereka, karena kamu sudah mau membaca artikel ini untuk hubungan yang lebih baik lagi dengan pasangan. Read on, you’re on the right way!
Kamu mungkin fasih berbahasa inggris atau biasa menyisipkan kata comme ci, comme ça dalam percakapan sehari-hari. Tapi sudah paham belum dengan bahasa cinta pasangan? Everyone speaks different love language. Maksudnya bukan jenis simbol atau alfabet dari benua lain, lho. Tapi, cara seseorang dalam mengungkapkan perasaan dan akan merasa dicintai kalo pasangannya ‘berbicara’ dengan bahasa mereka. Lima bahasa cinta itu adalah kalimat afirmasi, waktu berkualitas, pemberian hadiah, acts of service dan sentuhan fisik.
Mungkin kamu merasa sudah menunjukkan cintamu dengan memberi hadiah, tapi belum tentu pasanganmu merasa dicintai karena ternyata bahasa yang paling dia mengerti adalah kalimat afirmasi. Dengan begini kamu tahu kalau cukup dengan pujian, dia sudah merasa senang. Gimana cara tahu bahasa apa yang pasangan pakai? Lihat saja di waktu dia merasa paling happy atau tanya langsung saja! Kalau mau cari tahu lebih lanjut, bisa baca buku The Five Love Language nya Dr. Gary Chapman, ya.
Apakah kamu langsung mau protes saat membaca title barusan? Jadi begini, berdebat dengan pasangan itu ibarat memutar-mutar kepingan puzzle untuk dicocokkan supaya muncul gambar yang bagus. Kamu dan pasangan adalah dua orang yang berbeda, wajar dong pendapatnya juga enggak selalu sama? Nah kalau tahu trik menyusun puzzle nya dengan benar, selain dari kalian akan tambah kompak; gambar akhir yang muncul juga pasti berlipat bagusnya!
Walaupun kesannya remeh, menyebutkan kata “aku” daripada kata “kamu” berdampak besar lho buat hubungan. Contohnya, “Kamu nggak sayang lagi sama aku!” ganti jadi, “Waktu aku lagi sedih tapi kamunya lebih milih pergi main futsal, aku ngerasa nggak diperhatiin sama kamu…” Percaya deh, kalimat ini lebih efektif buat hubungan yang lebih sehat, dibanding tuduh menuduh yang ujungnya cuma bikin pasangan merasa dihakimi. Terus ujungnya putus. Jangan sampai ya..
Kamu pasti sudah tahu kan bahwa sifat posesif justru tambah bikin pasangan ingin selingkuh? Nah, daripada sibuk melarang pasangan melakukan aktivitasnya, ada baiknya kalian melakukan kesepakatan tertentu supaya masing-masing pihak senang. Misalnya, saat dia pergi hang out dengan temannya, artinya kamu boleh movie-binge tanpa gangguan. Saat bertemu lagi, dia bisa bercerita tentang jokes yang dilontarkan temannya dan kamu dengan quotes favorit dari film yang kamu lihat. Menyenangkan, bukan?
Enggak perlu yang heboh seperti trekking gunung bareng, cukup dengan belajar istilah bahasa ajaib via google translate atau mencoba makanan yang belum pernah kalian pesan sebelumnya. Hal ini bisa bikin kalian berkembang bersama dan bukannya menjauh satu sama lain. Adrenalin dan rasa senang dalam mencoba hal baru juga bikin attachment yang kuat terhadap pasangan. Males deh melirik yang lain!
Kepercayaan itu sendiri ada teknik melatihnya. Caranya adalah dengan memberi task kecil sehari-hari seperti meminta pasangan membeli minuman penghilang sakit haid sebelum menjemput kamu dating. Jangan lupa ucapkan terima kasih saat dia sudah melaksanakan task nya dengan baik. Kesannya sepele, padahal dari situ kamu bisa menilai apakah pasangan kamu bisa memberi kepercayaan pada pasangan. Pada intinya kunci hubungan yang sehat hanya terletak di kepercayaan, lho. Apa gunanya menjalani hubungan dengan orang yang enggak bisa kamu percaya?
from Facetofeet http://ift.tt/2nyYPrz
via cream pencerah wajah